Jumat, 19 Agustus 2011

Judul: Arti Persahabatan

Bagiku arti persahabatan adalah teman bermain dan bergembira. Aku juga sering berdebat saat berbeda pendapat. Anehnya, semakin besar perbedaan itu, aku semakin suka. Aku belajar banyak hal. Tapi ada suatu kisah yang membuat aku berpendapat berbeda tentang arti persahabatan. Saat itu, papa mamaku berlibur ke Bali dan aku sendirian menjaga rumah...

“Hahahahaha!” aku tertawa sambil membaca.

“Beni! Katanya mau cari referensi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku menemukan buku dari rak sebelah, mau pinjam atau tidak? Kamu bawa kartu kan? Pokoknya besok kamis, semua tugas kelompok pasti selesai. Asal kita kerjakan malam ini. Yuhuuuu... setelah itu bebas tugas. PlayStation!” jelas Judi dengan nada nyaring.

Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 2 - aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain PlayStation – Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.

Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang - nah, sudah kuduga dia datang kesini.

“Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu?” Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke perpustakaan. Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal.

Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu.

Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “( Eh, itu... )”.
“Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani pulang kerumah.
“Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni – kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.

Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas, tidak bisa terucapkan kata apapun dari mulut. “...Beni, ayo...satpam” Judi membisiku sekali lagi.

Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura - tidak terpikirkan lagi dengan apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik mendengar ceritaku – ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling dirumahku. Aku kembali kerumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke rumahku.

“Ya Tuhan!” kaget sekali melihat seorang petugas satpam lain yang datang lebih awal dari pada aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang berdarah. Terlihat juga tangan Judi yang luka seperti kena pukul. Satpam langsung menelpon polisi akibat kasus pencurian ini.

“Jangan kawatir... hehehe... Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi saat kami teriak maling! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah. Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar dan berpas-pasan dengan ku. Ya akhirnya kena pukul deh... Judi juga kena serempet mobil mereka yang terburu-buru pergi” jawab Bang Jon dengan tenang dan pedenya.
Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon “Rumahmu aman - kita memergoki mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.”

Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Judi dan Ban Jon datang kerumahku dan kami menjelaskan apa yang tadi terjadi. Anehnya, peristiwa adanya maling ini seperti tidak pernah terjadi.
“Hahahahaha... “ Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang tokoh kesayangannya saat main PlayStation. Sedangkan Bang Jon bercerita kalau dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena pukul. Bagaimana caranya? aku juga kurang paham. Bang Jon kurang jelas saat bercerita pengalamannya itu.

“( Hahahahaha... )” Aku tertawa dalam hati karena mereka berdua memberikan pelajaran berarti bagiku. Aku tidak mungkin menangisi mereka, malu dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada pelajaran yang kupetik dari dua sahabatku ini.

Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka lebih mengerti ketakutan dan kelemahan diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya ( Judi dan Bang Jon salah satunya ).

----------------------------
Cerpen tentang persahabatan yang berjudul Arti Persahabatan ini buah karya Loeis Chandra, Mahasiswa di Sidoarjo - Jawa Timur. Cerpen arti Persahabatan juga telah ditayang pada CerpenPersahabatan[dot]com

kisah hidupku



KISAH HIDUPKU
(kisah nyata)

Aku dilahirkan di sebuah desa yang ada di kabupaten Cirebon.Dari orang tua yang boleh dibilang tidak bertanggung jawab.

Entah kenapa,sejak aku berumur 1,5 tahun ditinggal dengan begitu saja oleh kedua orang tua ku.

Dari keterangan yang aku dapat setelah dewasa,ternyata faktor pemicunya karena rumah tangga kedua orang tua ku tidak harmonis.Mereka sering bertengkar dan pada ujungnya mereka bercerai.Lalu mereka pergi dengan begitu saja meninggalkanku pada saat aku belum berdaya sama sekali.

Sungguh kejam memang perlakuan kedua orang tua ku terhadapku.Akibat pertikaian mereka,maka aku kena getahnya.

Tapi Allah Maha Pengasih dan Penyayang,melalui kemurahan hatiNya maka beruntung saat itu masih ada yang mau memungutku sebagai anak

Mereka (yang memungutku jadi anaknya) tergolong dalam kategori orang yang miskin,namun mereka kaya hati.Kebetulan mereka tidak punya anak walau usia mereka sudah sangat tua.Akhirnya aku di didik dan dibesarkan oleh mereka dalam situasi yang memprihatinkan.

Memang aku beruntung ada yang mau mengurusku dengan setulus hatinya.Tp bukan berarti kisah sedihku berakhir sampai disitu.Justru semenjak aku berusia pra sekolah (masa kanak-kanak),kisah sedih pun berlanjut dengan lebih menyakitkan lagi.

Kondisi ku yang merupakan anak buangan,ditambah situasi ekonomi kedua orang tua asuhku yang sangat miskin...menjadikan aku bahan ejekan dan hinaan bagi teman-teman di lingkunganku.Aku tidak diterima dengan baik oleh teman-temanku sebagai manusia yang punya persamaan hak dengan mereka.Aku sepertinya sudah tidak dianggap sebagai manusia lagi oleh teman-temanku.

Teman-temanku selalu menjauh dariku,bahkan aku sering dilempari dengan batu kecil oleh mereka.Ketika batu itu mengenai kepalaku...sakit sekali rasanya.Tapi hatiku lebih sakit lagi oleh perlakuan mereka yang tiap hari selalu menghina dan mengejekku habis-habisan.

Sekali waktu mereka mau juga berteman denganku,tapi...tetep saja cuma mau mengerjaiku.Misalnya saja aku harus menuruti kemauan mereka yang ujung-ujungnya aku diperdaya oleh mereka.Misalnya saja aku disuruh menjahili orang dengan paksaan mereka,setelah aku dimarahi oleh orang lain...mereka pun tertawa puas.

Begitulah perlakuan mereka padaku tiap hari seolah tidak ada bosannya.Sering aku menjerit sekuatnya dalam hati memanggil nama kedua orang tua ku (aku tahu nama kedua orang tua ku dari penjelasan kedua orang tua asuhku),tapi percuma saja karena setiap jeritan dari hatiku tidak pernah terdengar oleh kedua orang tuaku.

Sebenarnya saat itu aku sudah tidak kuat lagi untuk menahan penderitaanku yang sudah bisa dipastikan tiap hari selalu menyakitkan.Satu hari bagiku rasanya sangat lama sekali.Aku tidak mau bertemu dengan siang.Aku mau tidur terus biar tidak bertemu dengan teman-temanku

Untungnya kedua orang tua asuhku selalu memberi semangat hidup padaku.Mereka selalu menasihati agar aku bisa bersabar karena tidak semua orang membenciku,masih ada yang sayang padaku yaitu mereka dan satu lagi yang sangat menyayangiku yaitu Allah SWT.

Akhirnya tibalah masa dimana aku harus masuk ke Sekolah Dasar.Aku didaftarkan oleh kedua orang tua asuhku ke sebuah sekolah di lingkunganku.

Sebenarnya aku males untuk bersekolah,karena pasti di sekolahpun aku bakalan di ejek dan dihina oleh teman-temanku.Tapi karena aku tidak mau mengecewakan harapan kedua orang tua asuhku,akhirnya aku mau juga disekolahkan.

Dengan berbekal satu buah buku tulis dan pensil,tanpa seragam,sepatu dll,akhirnya aku masuk di hari pertama sekolahku.

Aku bertekad untuk menuntut ilmu dengan baik,aku tidak mau mengecewakan harapan kedua orang tua asuhku.

Kekhawatiran akan ejekan dan hinaan teman-temanku akhirnya menjadi kenyataan.Belum lama aku menuntut ilmu di Sekolah Dasar,perlakuan teman-temanku sudah mulai aku rasakan.Pernah masih terbayang sampai skrg...kala itu aku sedang duduk di tembok pembatas sekolah,tidak kusangka aku di dorong oleh temanku dan jatuh kebelakang.Sedang tembok pembatas sekolah memang cukup tinggi sehingga benturan kepalaku dengan batu tak dapat dihindarkan.Akibat dari benturan itu maka kepalaku memar-memar dan tumbuh benjolan besar.Melihat hal itu malah mereka pada tertawa...sungguh durjana perbuatan teman-temanku itu.Aku hanya bisa menangis dan langsung pulang ke rumah.Melihat kejadian itu,kedua orang tua asuhku kaget dan ikut menangis karena iba melihatku.Langsung mereka mencari abu hangat lalu dibungkus oleh kain dan ditempel-tempelkan di benjolan kepalaku agar darah tidak membeku di dalam.Kami tidak mempunyai uang jika pergi ke rumah sakit.

Kejadian lainnya pernah juga aku hampir meninggal dunia ketika aku bermain di sungai,pas lagi itu sungai dalam keadaan banjir.Aku dipaksa oleh teman-temanku untuk ikut mandi di sungai.Sebenarnya aku sudah berkata pada mereka bahwa aku tidak bisa berenang,tapi tetep saja mereka memaksa.Akhirnya aku diajak paksa oleh mereka,dan ketika jatuh ke sungai maka aku gelagapan dan banyak menelan air sungai.Tapi ajaib,dengan segala usaha aku berusaha supaya tidak tenggelam dan akhirnya berhasil.Mulai saat itu aku bisa berenang.Sungguh Allah sangat menyayangiku,yang seharusnya aku mati tenggelam malah akhirnya aku jadi bisa berenang.Terima kasih Tuhanku,disela-sela Engkau memberi cobaan padaku ternyata Engkau memberi hikmah tersendiri untukku.

Sebenarnya banyak sekali kisah sedihku yang menyayat hati selama aku bersekolah,namun tidak bisa aku ceritakan semuanya karena akan terlalu panjang.Yang jelas hampir setiap hari aku menangis dan menangis serta menjerit dalam hati.Aku selalu menjerit dalam hati,memanggil nama kedua orang tua ku.Walau mereka tidak pernah datang untuk menyaksikan penderitaan anaknya dan menyayangi anaknya tetapi aku tetap tidak bosan untuk selalu memanggil nama kedua orang tua ku.

Penderitaanku semakin lengkap rasanya ketika aku menginjak kelas 2 SD.Ayah asuhku yang sangat menyayangiku dipanggil oleh Allah SWT.Tentu saja ini sangat memukul hatiku,tapi apa mau dikata...Allah berkehendak lain.

Walau bermacam penderitaan aku alami,tapi tidak melunturkan semangatku untuk menuntut ilmu,aku belajar keras untuk membuktikan pada kedua orang tua asuhku bahwa aku tidak mengecewakan mereka.Alhamdulillah,
berkat usahaku yang keras dan disertai dengan do'a yang terus menerus pada Allah SWT akhirnya dalam raportku dari mulai kelas 1 sampai kelas 6 selalu mendapat peringkat ke 1.Terima kasih ya Allah,Sungguh besar perhatianMu padaku,hingga ditengah penderitaanku dalam menuntut ilmu ternyata aku di karuniai ranking yang bagus.Aku benar-benar terharu.


Akhirnya tibalah waktunya aku mengikuti ujian akhir di kelas 6.Dan Alhamdulillah jg bahwa aku ternyata lulus.Aku benar-benar sangat bahagia terutama ketika mendapat secarik kertas pengumuman kelulusan.Air mata kebahagiaan tak kuasa terbendung.Aku berlari sekencang-kencangnya menuju rumah untuk mengabari ibu asuhku bahwa aku lulus ujian.Ketika melihat bahwa aku lulus,ibu asuhku ikut berlinang air mata sambil memeluk ku sangat erat.Ia bangga dengan perjuanganku menuntut ilmu di sekolah dasar yang penuh dengan rintangan.